NUSANTARA, SEJARAH INDONESIA
Nusantara yang kaya rempah-rempah, telah membuat bangsa manca berebutan menjajah dan menjarah. Dan Demak lah yang menghadangnya, ketika Portugis telah menjajah Malaka dan Spanyol tengah menjarah Maluku.
Menurut Slamet Mulyana, kedatangan Portugis di Asia, memang berbekal semangat Eropa pada penghujung abad 15. Sebagian di antara bangsa-bangsa Eropa, termasuk Portugis dan Spanyol waktu itu, sedang keranjingan agama Kristen. Semangat yang membuahkan kebencian pada semua bangsa-bangsa Islam, hingga menjadikannya musuh bersama yang harus ditumpas.
Paus Alexander IV melalui Warkat Bull Intercaetera yang ditetapkan pada 4 Mei 1493 memberi hak pada Portugis dan Spanyol untuk menguasai kepulauan-kepulauan yang dijumpainya dalam pelayaran. Maka dengan amanat suci itulah, Portugis melancarkan perang terbuka melawan kekuatan-kekuatan Islam di sepanjang pelayarannya, sejak Goa hingga Malaka.
Tujuan pelayaran yang semula hanya berdagang, kemudian berubah menjadi melakukan ekspansi politik dan keagamaan. Portugis pun semakin beringas dalam perjalanan pelayarannya. Di bawah kepemimpinan Alfonso d’Alberquerqe, mereka menerapkan siasat berperang sambil berdagang. Bahkan dengan merampok kapal-kapal dagang Islam yang ditemuinya dalam pelayaran antara Goa dan Malaka. Dengan semangat misi suci menyebarkan agama, mereka menjadi punya sandaran untuk terus menghancurkan kekuatan Islam. Sebuah tindakan yang seolah mengulang kembali tragedi perang salib yang dulu terjadi di Laut Tengah, hanya dengan cara perang yang berbeda.
Dan dengan semangat itu pula, Kesultanan Malaka digempur dan dikuasai, demi memonopoli perdagangan di Asia. Bahkan kemudian menggempur Kesultanan Pasai, dan menjarah rempah-rempah dari Kesultanan Ternate di Maluku. Dan dengan segala cara mereka pun menggeser pedagang dari Jawa, terutama dari Demak, dalam perdagangan rempah-rempah di selat Malaka.
Bahwa memang tak dapat disangkal, bila faktor pendorong Portugis menyerang dan menghancurkan negeri-negeri Islam adalah karena semangat penyebaran agama mereka. Itu sebabnya, menurut Muller Kruger, pada layar kapal Portugis mereka pampangkan gambar salib. Mereka hendak menanamkan salib di sepanjang pelayaran mereka, sebagai bentuk Perang Salib kedua.
Senada dengan pendapat Kruger, K.M. Pannikar pun menyatakan bahwa tujuan utama Portugis adalah memang melemahkan kekuatan Islam. Alberque dalam pidatonya di depan serdadu-serdadunya secara tegas bahwa dengan menghancurkan pedagang-pedagang muslim dari perdagangan rempah-rempah, bangsa Portugis akan dapat menghisap kekuatan Islam.
Dan Demak sebagai kerajaan Islam di Jawa pun mengendus bahaya itu. Karena nusantara adalah penghasil rempah-rempah, dan Demak adalah pedagang yang banyak membawa ke Malaka. Maka mengetahui posisinya terancam secara pedagangan, politik, dan agama, Demak pun berencana mengusir Portugis dari Malaka.
Demikianlah kemudian kudapatkan, mengapa Demak begitu keras menentang keberadaan Portugis di Malaka. Hingga di masa pemerintahan Pati Unus telah 2 kali berusaha penyerbuan, dan 2 kali pula pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat.
Sebuah penjelasan yang sangat gamblang dari sebuah buku lama berjudul “Nusantara, Sejarah Indonesia. ” Buku yang pertama terbit tahun 1961 karya Bernard Vleke itu, pada bab 4 “Muslim dan Portugis”, memaparkan dengan tentang kebiadaban dan kerakusan Portugis.
Maka sepertinya, kita boleh saja mengagungkan Majapahit yang telah mahsyur sebagai pemersatu nusantara. Namun pada Demak, mestinya tidak kita lupakan keberadaannya. Karena justru, setelah runtuhnya Majapahit, Demaklah yang menjaga keamanan dan kedaulatan nusantara.
Demak lah yang pertama mempertahankan nusantara dari penjajahan dan penjarahan bangsa manca.
oleh Nassirun Purwokartun pada 25 Juli 2011 pukul 1:30